Kemarilah mendekat, pendamping hidupku, mendekatlah dan jangan biarkan hembusan napas dingin memisahkan kedua tubuh kita.
Duduklah disampingku, dekat perapian, sebab api adalah buah termanis di musim dingin. Ceritakanlah padaku tentang waktu2 yang telah berlalu, sebab telingaku telah letih dengan suara2 hembusan angin penuh kesedihan.
Mendekatlah ke Jendela dan Pintu, sebab suasana cuaca yang tampak marah mengagetkan jiwaku dan suasana kota diam bagai wanita yang hilang dibawah lapisan salju, menghimpit hatiku.... isilah lentera dengan minyak, oh... pendamping hidupku. Taruhlah itu di dekatku sehingga aku dapat melihat apa yang telah dihias malam pada wajahmu.
Bawalah kemari kendi penuh anggur dan marilah minum bersama, dan kita akan mengingat hari2 ketika kita menderita.
Kemarilah mendekat, kekasih jiwaku, sebab api telah berhenti menyala dan abu telah menutupinya. Peluklah aku, sebab cahaya lentera sudah hilang dan kegelapan sudah datang. Mata kita telah terasa berat oleh minuman anggur. Pandanglah mataku dengan matamu yang dibayangi tidur. Peluklah aku sebelum tidur panjang memelukku. Ciumlah aku, sebab salju telah mengalahkan semua, kecuali kecupanmu.
Oh.... kekasihku, berapa dalamkah lautan tidur kita, berapa jauhkah pagi akan datang....di dunia.
Kemarilah, mari kita minum tetes2 airmata terakhir dari segelas bunga bakung dan mengisi jiwa kita dengan nyanyian suka cita. Sekarang ini adalah saat yang tepat untuk menghirup dalam2 aroma angin sepoi musim dingin.
Pergilah bersamaku dan kita akan menapaki jejak2 kaki musim dingin, karena musim dingin akan menanggalkan pakaiannya dan malam musim dingin akan menggulung ke atas.... (Kahlil Gibran).
Kemarilah dan datanglah pendampingku..... Aku menantimu selalu disini, diperaduan sepiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar