Kamis, 10 Januari 2008

Just Share : Single Parent


Dari banyaknya kasus perceraian, dapat diketahui bahwa kaum wanita (biasanya) merupakan pihak yang lebih menderita dan mengalami trauma psikologi. Apalagi jika perceraian itu diakibatkan sang suami terpikat oleh wanita lain, atau akibat perilaku suami yang kasar seperti suka memukul, pemabuk juga penjudi. Bagi pasangan yang telah memiliki anak, perceraian biasanya akan menimbulkan problema pada hak asuh anak secara adil, tapi kebanyakan anak2 lebih enjoy memilih tinggal bersama sang Ibu, atau juga tinggal secara bergantian. Namun dalam banyak kasus, kerekatan hubungan batin yang dialami anak biasanya lebih besar pada sang Ibu.

Banyak kasus perceraian menimbulkan kepahitan mendalam bagi pihak wanita. Apalagi jika dia sebelumnya tidak bekerja, seratus persen menggantungkan kebutuhan ekonomi keluarga dari hasil kerja suami. Maka, ketika perceraian terjadi dia akan mengalami kegalauan untuk meneruskan kehidupan ke depan. Anak2 akan diberi makan apa? Bagaimana dengan biaya pendidikan dan kebutuhan sehari-hari lainnya ?

Ditengah segala kesulitan itu, seorang Ibu biasanya tidak pernah menyerah pada keadaan. Dia akan bekerja keras, membanting tulang dan bahkan dalam kondisi terdesak dia akan rela melakukan apa saja demi sesuap nasi agar anak2nya dapat tetap hidup secara wajar.

Sungguh, kasih sayang seorang Ibu memang luar biasa. Bermula dari peristiwa melahirkan anak dengan segenap daya perjuangan mempertaruhkan nyawa, hingga tindakan untuk membersarkan, mendidik, mengasuh dan memenuhi seluruh kebutuhan anak2. Termasuk ketika harus bercerai dengan suami, biasanya kaum Ibu sangat kuat dalam memperebutkan hak asuh anak jika mereka belum berusia 17 tahun. Seorang Ibu akan menjadi pribadi yang kukuh dan kokoh dalam mendidik anak2nya.

Dalam kasusku... semua berjalan dengan baik, hak asuh anak ada padaku. Si kecilku dah pasti dia akan ikut bersamaku dan putri pertamaku, saat Hakim di Pengadilan Agama menanyakan dia ingin ikut tinggal bersama siapa? dia pun menjawab ingin ikut tinggal bersamaku. Walhasil semuanya berjalan dengan baik tentang hak asuh anak, sedang masalah nafkah dari mantan suami.... semuanya menggantung... sehingga statusku juga mulanya menggantung. Akhirnya ku putuskan untuk melepas nafkah dari nya agar statusku jelas. Ini pilihanku dan inilah hidupku.

Semua sudah aku pertimbangkan, walau mulanya akupun ragu... apakah aku mampu menghidupi dan mendidik kedua anakku dengan baik? walau aku kerja, tapi pendapatanku hanya pas2an untuk memenuhi kehidupan jaman sekarang, tapi alhamdulillah kadang aku juga ada jobside (mengajar senam, ikut belajar berbisnis dengan teman2, dll).
Dan, satu hal lagi yang memberi kekuatan aku adalah keyakinanku bahwa aku tidak sendiri, bahwa DIA yang maha pengasih, penyayang dan pemurah tidak pernah tidur. DIA pasti akan selalu bersama hambanya yang sabar dan ikhlas.
Terima kasih Tuhan....,
Akhirnya aku bisa menjalankan semua ini dengan baik. Berkat keikhlasan dan kesabaranku dalam menjalaninya, serta bekat dukungan anak2ku yang selalu menjadi motivasi hidupku, semuanya menjadi seperti semula. Semuanya telah berubah... dia yang semula tak mau bertanggung jawab, kini telah berubah dan mau bertanggung jawab. Walau hanya baru sebatas membantu dalam kehidupan kami (sedikit demi sedikit), tapi aku sudah bersyukur banget karena semuanya telah berjalan dengan baik. Kami bahagia.... Semoga aku tetap menjadi kukuh dan kokoh dalam menjalani kehidupanku sebagai Single Parent.

Teman,
Jika anda menjadi seorang Single Parent, jalanilah semua dengan baik, keikhlasan dan kesabaran akan membuahkan hasil yang baik buat kita. Dan satu hal yang harus kita pegang adalah kita jangan takut untuk menjadi single parent, jangan takut untuk berusaha sendiri, tetap semangat dan jadikan anak2 adalah motivator kita, kebahagiaan dan kesuksesan mereka adalah yang utama.
Ingat....!!! Kita tidak akan pernah sendiri, Tuhan selalu bersama kita.

Tidak ada komentar: