Minggu, 13 Januari 2008

Napsu dan Cinta


Manusia lahir dengan membawa sifat dan unsur2 pribadi yang saling berbeda satu dengan lainnya.

Seorang Pria ketika sepakat untuk menikah, dia memiliki sifat "Warisan" tradisi dan budaya yang melekat, seperti : pria harus menjadi kepala rumah tangga, pencari kebutuhan ekonomi, hingga pelindung dan pengayom keluarga. Secara seksual Pria juga lebih berotot, bertenaga dan memiliki inisiatif untuk memulai. Bahkan dalam kontak seksual secara klasik, dominasi pria lebih menonjol dari Wanita. Posisi Pria biasanya berada di atas, menguasai dan persentase mencapai orgasme nyaris seratus persen. Sebaliknya, wanita lebih pasif, lebih suka "menunggu serangan", posisi di bawah, bersifat ingin memuaskan "lawan" dan angka persentase mencapai orgasme jauh lebih kecil dari pria.
Naluri Pria yang lebih agresif, penuh inisiatif, berotot, tak ingin didahului, akan berbalik dengan kondisi wanita yang secara biologis lebih suka menunggu dan pasif.

Memang, kondisi tersebut bukan dogma yang berlaku mutlak. Karena banyak kasus yang menunjukkan kaum wanita juga bisa menjadi kepala keluarga yang baik, mengayomi keluarga, pencari kebutuhan ekonomi yang baik, memiliki inisiatif untuk menyelesaikan tantangan yang ada, juga dalam perilaku sex, memiliki naluri "menyerang" yang agresif dan selalu ingin dipuaskan.


Napsu & Cinta
Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dari mahluk lain di muka bumi, dikarunia banyak bekal yang salah satunya adalah NAPSU.
Pada dasarnya berbagai Napsu yang melekat pada diri manusia merupakan ekspresi jiwa (Psikis) yang disalurkan lewat tindakan dan ucapan.

Demikian pula hal nya dengan Napsu Syahwat sebagai kebutuhan biologis yang paling hakiki dalam kehidupan manusia, perlu ekspresi tindakan fisik guna menyalurkannya. Baik untuk kepentingan "rekreasi" yaitu memuaskan hasrat sesaat ataupun untuk kepentingan meneruskan keturunan.

Hubungan sex selalu melibatkan unsur NAPSU. Namun, hubungan sex yang dilakukan sepasang manusia, semestinya terjadi bukan hanya sekedar memenuhi hasrat Napsu belaka. Karena jika hubungan sex hanya berdasarkan dorongan Napsu dan bersifat jasmaniah, hal tersebut tak bedanya seperti sebuah kegiatan gerak badan atau olah raga semata. Oleh sebab itu agar kegiatan tersebut memiliki makna yang mendalam, hendaknya dalam berhubungan badan perlu diserta perasaan dan sentuhan rohani, seperti ditambahi bumbu bernama Cinta, rasa kasih sayang dan rasa saling memiliki dan rasa ingin saling membahagiakan, termasuk didalamnya rasa ingin saling memberi kenikmatan. Apabila manusia hanya mengandalkan Napsu belaka tanpa adanya unsur Cinta atau kasih sayang, itu berarti setara dengan tindakan hewan yang hanya mengandalkan insting atau naluri.

Agar jalinan kontak seksual antar sepasang manusia nilai dan derajatnya lebih tinggi dari hewan, maka aktifitas jasmaniah diwujudkan dengan bertemunya sepasang kelamin manusia yang berlawanan jenis (Napsu) dan harus diimbangi dengan bertemunya dua kutub hati yaitu perasaan Kasih Sayang, serta hasrat ingin saling membahagiakan (Cinta). Jadi kalau pada prilaku hewan hanya ada unsur naluri (Napsu), maka untuk manusia ada unsur hasrat (Napsu) dan rasa Kasih Sayang (Cinta).

Dalam banyak kasus, hubungan sex antara sepasang manusia yang belum atau tidak terikat dalam tali perkawinan, hanya berdasarkan pada alasan kebutuhan naluri (Napsu), karena tidak ada unsur tanggung jawab, baik secara moral, sosial, agama dan juga negara. Hal ini bisa diidentikkan dengan tindakan hewan.
Agar tindakan "hewan" tadi dapat disempurnakan derajatnya, haruslah ditempuh langkah yang lebih bertanggung jawab dan memenuhi tuntutan norma masyarakat, hukum dan negara yaitu dengan jalan menikah secara resmi. Dengan demikian, derajat dan nilai orang tadi ditingkatkan lebih tinggi dari tindakan atau derajat hewan.

Hasrat seksual merupakan kenyataan yang harus dipenuhi, tapi secara benar dan bertanggung jawab. Wadah yang bernama "Pernikahan" adalah pilihan satu2nya untuk menghalalkan tindakan pemenuhan hasrat tadi yang akan diakui oleh agama, negara dan norma masyarakat. Namun demikian sangatlah salah apabila ada seseorang yang melangkah ke jenjang pernikahan hanya memiliki satu tujuan untu sekedar memenuhi kebutuhan seksual, karena lembaga pernikahan memiliki banyak tujuan serta faedah bagi manusia, yaitu untuk memenuhi banyak kebutuhan dan harapan guna menggapai hidup yang sejahtera, baik secara fisik maupun psikis.

Kontak seksual merupakan tindakan yang berujung pada upaya memperoleh kenikmatan dan kepuasan. Baik secara jasmaniah atau rohaniah. Ada kalanya seseorang yang tidak bisa menyalurkan hasrat seksualnya, badannya terasa pegal2, pusing, selalu ingin marah. Secara fisik dia tersiksa dan sakit, lebih jauhnya lagi jiwanya tidak tenang, merasa kesepian atau bahkan timbul rasa cemas berlebihan, dia banyak berkhayal dan melamun. Hal ini menandakan secara psikis dia juga terganggu.... waduh....!!! Btw, hal ini memang alami kok, untuk manusia seperti kita yang masih normal ^_^.


Teman,
Untuk anda yang masih single (alias Jomblo.com) , suami atau istri yang hidup terpisah karena suatu hal. Jika anda mengalami hal seperti di atas nga usah khawatir, yang anda harus lakukan adalah bawa diri kita kepada kesibukan or kegiatan yang positif, walau nga bisa dipungkiri bahwa "hasrat" itu juga kadang datangnya tiba2. Untuk hal yang satu ini aku biasa melakukannya dengan Sex Emosion, bersyukur bisa terbantu juga kok, walau tidak maksimal ^_^ .

Teman,
Utamakanlah Cinta dan kasih sayang dari pada Napsu mu, karena semua yang dilakukan atas dasar Cinta dan kasih sayang, maka akan menghasilkan kenikmatan yang luar bisa secara lahir dan batin.

I'm still Women, Aku wanita normal, Aku juga memiliki Napsu. Tapi aku butuh Cinta dan Kasih Sayang yang tulus bukan hanya sekedar Napsu.
Tuhan....
kirimkan aku kekasih yang baik ya, yang punya cinta dan kasih sayang yang tulus untukku.....

Tidak ada komentar: