Minggu, 11 November 2007

JOMBLO

" Jomblo or single forever "

Kadang membuat kita resah, tapi kadang juga membuat kita happy.... btw klo kita mau jujur, banyak happy nya ketimbang resahnya menjadi jomblo. Bener deh...,
Pingin tau kenapa bisa adanya Jomblo...?? yuk kita intip apa kata mba Ietje :
Rupanya urusan jomblo dotcom alias single forever syndrom ini memang bukan urusan gampang. Banyak teman dan sahabat, mulai dari jaman saya ABG sampai kuliah dulu selalu sibuk dan heboh mengenai urusan perjodohan ini. Ada yang begitu sibuknya melakukan program tebar pesona dan menjaga agar penampilannya selalu mengikuti trend mode yang berlaku saat itu. Selalu up to date dan full dandan . Berhasilkah ?
Ternyata...para pria yang semula meliriknya, malah pergi menjauh karena mereka tidak lagi mendapatkan seseorang yang asli.
Kalau menurut seorang sahabat saya ,“Full cover,” (entah apa maksudnya ?). Ada juga yang kuatir dengan biaya maintenance yang akan dikeluarkan untuk menjaga penampilan seperti itu. Mungkin teman saya yang kuliah di Ekonomi meninjaunya dari sudut pandang ekonomi mutualisme...hehehe...

Dipikir-pikir...urusan perjombloan ini sebetulnya ya tergantung bagaimana kita saja. Kalau kita mau jadi jomblo, ya kita bisa jadi jomblo forever. Tapi kalau kita niat mau punya pacar atau pasangan, tentunya dalam waktu tidak terlalu lama kita akan mendapatkannya. Bukankah kata suatu teori tentang Hukum Ketertarikan, kita bisa menarik seseorang kalau kita sendiri memancarkan daya ketertarikan juga ? Nah ...dalam hal ini, apakah kita sudah membuat diri kita memancar...sesuai dengan diri kita apa adanya ? Bukan dengan segala macam polesan atau cover, sehingga yang muncul justru kepura-puraan ?

Masih ada lagi . Dalam urusan perjodohan ini . Selain tentang Hukum Ketertarikan, barangkali juga ada embel-embel tentang kriteria. Seperti teman saya tadi, yang kriteria calon pacar atau pasangannya begitu banyak. Ini kan mesti dibikin skala prioritasnya dulu. Nggak bisa sekaligus dipenuhi semua. Dapat satu persyaratan saja dari 10 keinginan kita sudah bagus banget.
Dan dari situ, baru yang lain-lain akan mengikuti. Misalnya, syarat utama adalah orangnya enak diajak ngobrol. Ya sudah...itu dulu yang jadi patokannya. Baru masalah pekerjaan, masalah penghasilan, tinggi badan, warna kulit, kesopanan, dan lain-lain mengikuti di belakangnya.
Kalau sejak awal kita sudah mengajukan proposal dengan begitu banyak persyaratan...alamaaaak...mana ada produk siap pakai yang bisa dibawa pulang ke rumah ... hehehe....Memangnya kopi instan yang sudah siap dikemas ?

Oya...ada yang lupa. Dari seluruh persyaratan tadi, ada satu yang terlupa. How about the heart ? Di manakah hati kita ? Bukankah urusan perjodohan , apakah itu sekedar pacar ataupun calon pasangan seumur hidup bermula dari getar-getar hati ?
Apakah cukup berarti, sebuah ketampanan atau pun kecantikan lahiriah, tanpa sebuah hati yang terbuka. Tanpa sebuah hati yang hangat ?

Tidak ada artinya sebuah proposal, sebuah persyaratan, tanpa sentuhan perasaan. Tidak ada artinya semua pemenuhan persyaratan, bila hati tidak bergetar. Bila hati tidak berbicara.
Orang boleh buta. Orang boleh hitam atau tidak berwarna. Orang boleh bodoh atau jenius. Orang boleh cantik atau bluwek luar biasa. Tapi kalau hati sudah memancarkan sinar-sinar dan getar-getar ketertarikan, maka semua teori akan gugur. Semua logika akan musnah.
Itulah jodoh !

Jadi...kembali lagi...untuk apa sebuah persyaratan ? Untuk apa sebuah prinsip ? Untuk apa sebuah argumentasi ?
Tanyakanlah pada hati. Apakah dia sudah terbuka ? Apakah dia sudah berbicara ??
Nah, itu deh kata mba Ietje... JOMBLO or tidak adalah kita yang membuat dan memilih, so...nikmati apa yang sudah kita perbuat dan kita pilih.
Kenapa aku juga ikutan menjadi Jomblo...?? sangat panjang ceritanya... mau tau ceritanya...?? lihat dan baca novel ku " My Story Lives ".

Tidak ada komentar: