Sabtu, 24 November 2007

Artikel SEX - Penyebab Gangguan Kesuburan Pria


8 Penyebab Gangguan Kesuburan Pria. (Post-unknown)
Salah satu harapan pasangan suami istri adalah hadirnya buah hati. Sayangnya tak semua pasutri dapat memperoleh anak semudah yang diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah karena gangguan kesuburan.Gangguan kesuburan ini dapat menimpa pria dan wanita. Kali ini kita akan membicarakan gangguan ketidak suburan dari sisi pria. Kira-kira apa ya penyebabnya?Ada beberapa hal yang dapat mengakibatkan seorang pria menjadi tidak subur. Semuanya berkaitan dengan masalah sperma. Apakah itu masalah kualitas dan kuantitas sperma, atau masalah penghantaran sperma untuk dapat masuk ke dalam saluran reproduksi wanita.

1. Gangguan proses penghantaran sperma
Gangguan ini dapat berupa gangguan pengisian, retrograde ejaculation, dan sumbatan pada aliran sperma. Gangguan pengisian adalah kondisi tidak terjadi pengisian cairan semen dan sperma tidak dapat keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya, trauma pada daerah tulang belakang, penyakit neuropati diabetes, dan multiple sklerosis (degenerasi selubung saraf pada susunan saraf pusat) Retrograde ejaculation disebabkan oleh kerusakan pada persarafan di daerah tulang belakang karena kesalahan prosedur operasi sehingga merusak leher kandung kemih. Gangguan pada saluran bisa berupa sumbatan karena proses infeksi. Sumbatan tersebut dapat terjadi di tingkat vas deferens (saluran pengeluaran dari testis) atau pada epididimis (saluran tempat penyimpanan, penyaluran, dan pematangan spermatozoa,). Akibatnya, aliran sperma menjadi tidak lancar, dan sperma tidak dapat mencapai saluran reproduksi wanita. Aliran sperma juga terganggu pada pria yang tidak mempunyai vas defferens, yang merupakan kelainan kongenital. Selain itu impotensi pada pria juga bisa mengakibatkan infertilitas. Hal ini mudah dipahami karena impotensi mengakibatkan kegagalan penetrasi dari Mr P ke dalam Miss V. Padahal mekanisme tersebut merupakan sarana untuk menghantarkan sperma ke dalam Miss V. Dengan demikian, impontensi pada pria perlu ditangani secara serius agar masalah infertilitasnya dapat diatasi.

2. Varikokel
Varikokel merupakan pelebaran vena didaerah skrotum karena terganggunya aliran darah pada pembuluh darah di tempat tersebut. Akibatnya, darah terkumpul di daerah skrotum. Kondisi ini tentu saja berdampak buruk pada sperma. Karena dapat mengakibatkan aliran oksigen untuk sperma terganggu, sperma mengalami hipoksia (kekurangan oksigen) dan kualitasnya menurun.

3. Kelainan pada semen
Bila semen terlampau kental, sulit bagi sperma untuk bergerak. Penyebab kelainan itu bisa bermacam-macam. Bisa dikarenakan faktor infeksi atau hal lain. Untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan teknik untuk meletakkan sperma langsung ke dalam uterus dengan menggunakan kateter. Teknik ini dinamakan Intrauterine Insemination (IUI).

4. Kriptorkidisme
Istilah ini merujuk pada kondisi seorang pria yang mengalami kelainan pada saat masih bayi. Testis yang seharusnya turun kedalam skrotum, tetap tertahan di dalam rongga abdomen (perut). Karena testis sangat peka terhadap suhu, maka dalam ruang yang tidak sesuai, fungsinya untuk memproduksi sperma juga akan terganggu. Dengan demikian, perlu diperhatikan bahwa bila testis bayi yang sudah berusia satu tahun belum turun ke dalam skrotum, perlu dilakukan tindakan operasi untuk memperbaiki kondisi tersebut. Pada pria yang mengalami kelainan ini, otomatis produksi spermanya sangat terganggu dan fertilitasnya menurun.

5. Faktor imunologi
Seorang pria dapat memiliki kelainan dalam sistem kekebalan berupa terbentuknya antibodi yang dapat mengganggu sperma. Macam-macam penyebabnya, antara lain adalah trauma, infeksi pada testis, varikokel yang meluas, pembedahan pada testis, atau faktor lain yang tidak dapat dijelaskan. Adanya antibodi tersebut pada gilirannya akan mengganggu kinerja perjalanan sperma. Penetrasi sperma ke dalam saluran reproduksi wanita dapat terganggu. Juga dapat mengganggu sperma untuk dapat menembus zona pelusida (selaput luar sel telur). Selain itu antibodi tersebut juga dapat mengganggu proses penggabungan sel sperma dan sel telur. Bagi pria yang mengalami kelainan ini maka dapat dilakukan tindakan ICSI, yaitu penyuntikan sperma langsung ke dalam sel telur.

6. Kegagalan
Testis Menghasilkan SpermaPada beberapa pria, infertilitas yang dia alami merupakan akibat dari kegagalan testis memproduksi sperma. Hal itu terjadi karena epitel seminiferus merupakan tempat dimana sperma diproduksi mengalami gangguan dalam fungsinya. Terdapat kegagalan sperma untuk mencapai usia yang matang atau karena sel yang akan terbentuk menjadi sperma memang kurang, kondisi ini dikenal dengan hipospermatogenesis. Hal itu bisa disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya abnormalitas genetik, faktor hormonal, atau karena varikokel

7. Gangguan Hormonal
Untuk merangsang testis menghasilkan sperma, dibutuhkan hormon yang dihasillkan oleh kelenjar ptituari. Bila hormon tersebut tidak ada, atau jumlahnya menurun dalam jumlah yang signifikan maka sudah barang tentu kinerja testis tidak akan sempurna. Kondisi ini biasanya disebabkan karena penggunaan hormon steroid pada pria untuk memperbaiki bentuk tubuhnya (body building) baik digunakan secara oral atau suntikan.

8. Infeksi
Pada pria mungkin terjadi infeksi pada saluran reproduksinya. Hal ini dapat berupa prostatitis (infeksi prostat), epididimitis (infeksi di epididimus) atau orkitis (pada testis). Infeksi pada saluran reproduksi dapat disebabkan oleh bakteri melalui penyakit menular seksual. Jika memang disebabkan karena infeksi bakteri mungkin akan terjadi sumbatan akibat perlekatan dari saluran reproduksi pria. Selain itu infeksi bakteri atau virus yang aktif terjadi dapat mengakibatkan efek yang buruk bagi produksi atau fungsi dari sperma itu sendiri. Salah satu reaksi tubuh akibat adanya proses infeksi adalah terbentuknya sel darah putih. Sel darah putih sendiri dapat memberi efek yang negatif bagi membran pada sperma, membuat sperma tersebut menjadi kurang aktif.Jika pada pemeriksaan cairan semen didapatkan sel darah putih atau bakteri lebih dari 1 juta/cc, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui jenis bakteri yang ada, meskipun pada pria itu sendiri tidak terdapat gejala terjadinya infeksi (infeksi asimptomatik). Jenis infeksi tersebut biasanya disebabkan oleh mikoplasma, ureaplasma, dan klamidia. Jika jenis mikrorganisme dan sel darah putih masih tetap ada/persisten, maka perlu dipertimbangkan penggunaan antibiotik.

1 komentar:

adultshop mengatakan...

waaahh,, artikel yang mantapp...


Terima kasih.......


Alat Bantu Sex Pria dan Wanita